Memasuki musim hujan, banyak sekali hal-hal tidak terduga yang dapat terjadi dan memaksa kita untuk mengeluarkan uang. Dimulai dari hujan yang deras kemudian mengundang banjir dan air luapan tersebut masuk ke dalam rumah. Lalu, air luapan banjir pun tidak jarang menyerang kendaraan, saluran air rumah, hingga merusak perabotan rumah. Selain itu, hujan yang lebat bisa saja tiba-tiba menyebabkan salah satu genteng rumah kita jatuh sehingga merusak atap dan berakibat munculnya kebocoran. Kemudian, karena cuaca di saat musim hujan yang berubah-ubah, imum kita menjadi turun dan sakit pun tiba. Beberapa kejadian di atas adalah hal-hal di luar dugaan yang tidak hanya bikin geleng-geleng kepala saja, tetapi turut merogoh kocek yang tidak sedikit. Suasana akan menjadi lebih keruh bila di saat beberapa hal itu terjadi kondisi keuangan kita tidak mampu untuk menutupi pengeluaran darurat tersebut. Inilah mengapa masyhur terdengar dari kalangan perencana keuangan bahwa emergency fund atau rainy day fund atau uang darurat sangatlah penting. 

Sebelum menyelam lebih dalam untuk memahami cara mencapai target uang darurat, perlu terlebih dahulu kita kenali apa definisi dari jenis alokasi dana tersebut. Dana darurat, sesuai namanya, adalah alokasi dana atau anggaran yang khusus digunakan jika ada pengeluaran yang bersifat urgensi atau tiba-tiba. Kata “tiba-tiba” di sini bermaksud suatu keadaan tidak terduga seperti tiba-tiba sakit parah dan mesti berobat, kerusakan rumah atau kendaraan yang harus segera diperbaiki karena bila tidak akan mengganggu aktivitas kita, atau laptop yang mati mendadak tanpa sebab sehingga mesti dibawa ke tempat service. Namun, jika Anda “tiba-tiba” belanja di saat sedang jalan-jalan di mall, itu disebut impulsive buying dan bukan menjadi ranah alokasi dana darurat.

Dalam memulai perjalanan untuk memenuhi dana darurat, banyak sekali metode atau anjuran yang bisa dipilih. Umumnya, uang darurat mesti mencakup tiga sampai enam kali dari pengeluaran bulanan dan perlu ditingkatkan lagi angkanya bila kondisi perekonomian sedang kurang sehat (Loudenback, 2023). Bila menggunakan metode enam kali pengeluaran bulanan dan pengeluaran Anda sebesar Rp5 juta per bulan, maka dana darurat yang harus dikumpulkan adalah Rp30 juta. Namun, Hidayah (2022) di dalam tulisannya menyebutkan bahwa besaran uang darurat dikategorikan berdasarkan status kita seperti lajang, menikah, dan memiliki anak. Hidayah menambahkan bahwa di saat kondisi lajang dan tidak memiliki utang maka dana darurat yang ideal adalah tiga kali dari pengeluaran bulanan. Jika statusnya sudah menikah, maka angka tersebut akan meningkat menjadi enam kali pengeluaran bulanan. Kemudian, jika sudah memiliki anak maka jumlah yang mesti dikumpulkan menjadi sembilan kali atau lebih pengeluaran bulanan. Jumlah dana darurat sebesar tiga sampai 12 kali pengeluaran bulanan sebenarnya muncul dari kurun waktu yang kita butuhkan bila terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perlu mencari pekerjaan baru (Hidayah, 2022). Namun, pada akhirnya angka yang dibutuhkan untuk dana ini adalah sebesar jumlah yang membuat kita masih bisa merasa tenang bila keadaan darurat terjadi (Husbands & Hall, 2023).

Cara Menyiapkannya

Untuk mempermudah proses mengumpulkan dana darurat, terdapat tiga tahap dasar yang mesti dilakukan (White, 2023), yaitu tentukan target tabungan, otomasikan tabungan, dan pantau perkembangan. Simak penjelasan berikut untuk dapat memahami tahap-tahapnya:

Tentukan target tabungan

Lakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan yang kita miliki. Pahami berapa jumlah yang bisa kita sisihkan untuk alokasi dana darurat. Sesuai dengan penjelasan di atas, besar atau kecil dari angka darurat sangatlah dinamis menyesuaikan dengan kondisi yang setiap pribadi miliki. Hanya saja, seberapa pun angka yang mesti dikumpulkan, alokasi dana darurat tidak boleh dikesampingkan. Bahkan, banyak perencana keuangan yang mendahulukan dana darurat dari yang lainnya, kecuali jika seseorang memiliki utang maka kewajiban tersebut harus terlebih dahulu diselesaikan. 

Otomasikan tabungan

Bila angka yang perlu kita kumpulkan telah ditentukan, segera otomasikan tabungan yang kita miliki guna mencegah tendensi digunakan untuk keperluan yang tidak tergolong prioritas. Walaupun demikian, tidak salah apabila kita telah terbiasa melakukan transfer secara manual setiap bulannya untuk memenuhi alokasi dana darurat kita. Pilihlah metode yang memang membuat Anda nyaman dan tidak menyulitkan. 

Pantau perkembangan

Setelah target sudah ditentukan dan proses memenuhi target tersebut sudah dilaksanakan, jangan lupa untuk secara reguler memantau perkembangan dana darurat yang kita miliki. Hal ini dikarenakan apabila dana darurat sudah terpenuhi, kita bisa menggunakan sekian persen dari jumlah yang biasa kita tabungkan untuk diinvestasikan dan memenuhi kebutuhan lainnya. Umumnya, bila dana darurat sudah terkumpul sebesar 30% maka kita bisa mempertimbangkan produk investasi lain (Hidayah, 2022) seperti salah satunya adalah Qazwa yang merupakan bagian dari Peer-to-Peer (P2P) financing syariah. Dengan terus memonitor prosesnya, kita juga bisa menyesuaikan seberapa besar atau kecil yang kita kumpulkan setiap bulannya berdasarkan kondisi finansial kita. Bila gaji kita naik atau dapat bonus tahunan, maka alokasi yang bisa ditabungkan setiap bulan bisa naik. Sebaliknya, bila kondisi sedang tidak baik, maka nominal yang ditabungkan bisa diturunkan.

Wadah yang tepat

Kondisi darurat adalah keadaan yang tidak dapat diduga-duga. Oleh karenanya, dana darurat yang memang ditujukan untuk kondisi tersebut mesti dapat diakses atau ditarik seketika. Hal ini dikarenakan agar kita tidak perlu berutang pada seseorang, menggunakan fitur pay later atau kredit yang memungkinkan terkena bunga yang tinggi dan tergolong membayar riba, hingga mengorbankan alokasi dana lain untuk kebutuhan darurat ini. 

Dana darurat perlu dalam keadaan likuid atau mudah diaskses. Beberapa tempat yang tepat untuk mengumpulkan dana darurat adalah rekening tabungan tanpa riba, reksa dana syariah yang memang bisa cepat dicairkan, atau logam mulia yang bisa dijual dengan segera. Hal ini dikarenakan bila keadaan darurat terjadi, dana tersebut bisa dengan cepat digunakan. Selain itu, dengan dikumpulkannya dana darurat di produk-produk investasi seperti reksa dana syariah hingga logam mulia emas, dana darurat yang tidak terpakai bisa menghasilkan keuntungan dengan seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, dana darurat sangat tidak disarankan untuk dikumpulkan di tempat yang lama untuk dicairkan dan terkena denda bila ditarik sebelum jatuh tempo seperti deposito serta memiliki risiko tinggi seperti saham atau kripto.

Intinya…

Pada akhirnya, proses untuk mengumpulan dana darurat adalah sebuah perjalanan yang panjang dan diperlukan konsistensi. Perjalanan ini juga memungkinkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi masing-masing pribadi. Berkaca dari live Instagram yang dilaksanakan oleh Qazwa (2023) bersama Islamic Financial Planner Greget Kalla Buana, disimpulkan bahwa perjalanan finansial mesti dipersonalisasikan berdasarkan diri masing-masing. Tidak ada solusi yang terbilang one-size-fits-all, sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu sehingga target finansial bisa berjalan dengan lancar dan tidak menyulitkan.

 

 

Referensi

Foto oleh Kenny Eliason di Unsplash

Hidayah, A. (2022, November 7). Dana Darurat Ideal Itu Segini, Waspada Kalau Belum Punya. CNBC Indonesia. Retrieved November 15, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20221107171721-72-385800/dana-darurat-ideal-itu-segini-waspada-kalau-belum-punya

Husbands, T., & Hall, L. (2023, November 2). Where You Should (and Shouldn’t) Keep Your Emergency Fund. CNET. Retrieved November 15, 2023, from https://www.cnet.com/personal-finance/banking/advice/where-should-you-keep-your-emergency-fund/#where-should-you-avoid-keeping-your-emergency-fund

Loudenback, T. (2023, Oktober 16). How to Prepare for a Recession – Buy Side from WSJ. The Wall Street Journal. Retrieved November 15, 2023, from https://www.wsj.com/buyside/personal-finance/how-to-prepare-for-a-recession-e6fb00c?mod=article_inline

Qazwa. (2023, October 25). 101 with Greget Kalla Buana #2: Mindset Produktif Vs. Mindset Konsumtif. – Instagram Live. Retrieved November 15, 2023, from https://www.instagram.com/reel/Cy0lBtkrxQB/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=N2ViNmM2MDRjNw==

White, A. (2023, Agustus 14). Emergency Fund: What It Is And How To Get Started. CNBC. Retrieved November 15, 2023, from https://www.cnbc.com/select/what-is-an-emergency-fund/